Duduk di sebuah tepian jembatan, melihat ke arah gunung merbabu dan merapi. bersinar merah mentari terbenam, membuatku bertanya seberapa jauhkah dunia yang dapat aku lihat?. dimanakah ujung surga dunia yang indah ini?.
hingga ku tersadar langkah ini hanya berjalan berputar-putar di tengah daratan terpencil, aku merasa begitu kecil.
Logika yang membuatku mampu berpikir positive. namun logika sangat mudah mati oleh perasaan yang menceletup dalam hati. Bagaimana logika yang rusak oleh perasaan membuat kita merasa begitu jauh dengan orang yang duduk di sebelah kita. Entah!.
Dan ketika semua bayangan kita tak pernah mendekati yang kita harapkan, berhati-hatilah, karena Logika mulai bergetar runtuh.
Tak sadar gemetar tangan ini telah menulis ratusan kesalahan, sampai pada titik dimana mata kita buta akan apa saja yang sesungguhnya masih bisa kita lihat. Ketika kamu ada di posisi seperti ini, kamu daapat berubah menjadi monster buas apapun yang takkan dapat di kontrol tanpa hadirnya orang lain dengan kunci untuk membebaskan kebuasan itu pergi dari dirimu.
Duri ini hanya angsa yang merasakanya, Namun gelas kepercayaan di antara kita telah pecah dan tak mungkin dapat di pulihkan tanpa retakan apalagi untuk saling menuang dan berbagi suka duka.
Yang ada hanya kepalsuan, saling benci dan sebuah kebersamaan hanya ada untuk menyelesaikan apa yang harus di bereskan, tanpa ada rasa untuk saling bersama lebih lama lagi segera setelah semua mampu di bereskan.
Trick or treat! kau menulis cerita tentang dirimu sendiri dan menggunakan aku dan orang lain untuk membuat ceritamu berjalan seperti bayanganmu. Aku juga mungkin seperti itu, namun tidak menulisnya melainkan membisikkan dalam sebuah harapan yang sepoi kadang kurasakan di relung jiwa ini.
Kurasa aku sedang bermain menjadi boneka di atas panggung opera miliknya. tidak!, aku tahu apa yang sedang di mainkan, namun mungkin aku hanya terlalu bodoh untuk mau menghindar. entah bagaimana aku terus mengatakan ku menginginkanya.
Senja semakin pudar ,
Berjalan pulang dengan berton-ton batu bata di atas kepalaku tidak cukup membuatku bersempit pandang. melihat orang-orang berlalu lalang di sekitarku, kurasa mereka bahkan mungkin membawa batu bata yang lebih banyak dari ku.
Seandainya batu bata itu benar-benar telihat di atas kepala setiap orang yang sedang berjalan berdekatan, mungkin cahaya matahari pun takkan mampu menyentuh rerumputan di bawah kaki kami. dan bumi pun akan begitu gelap.dan di saat seperti inilah di mana semua orang ingin menggunakan mesin waktu untuk memperbaiki apa yang telah rusak maupun di rusak. Dunia ini masih begitu gelap dan semakin gelap menurutku.
Setidaknya aku tahu bahwa aku tidak seorang diri berjalan mencari cahaya di tengah gelapnya kehidupan.
bagi kau yang disana, kau harus tahu apa yang sebenarnya ingin kulakukan untukmu meski pada kenyataanya aku mengambil cara yang salah. begitu kekanakan.
Aku menangis untuk apa yang telah kuperbuat dan apa yang telah kusadari bahwa mesin waktu tak pernah benar-benar ada. Aku sering sekali menagis ,takut dalam kegelapan yang sebagian besar ku buat sendiri.
mungkin itu memalukan, namun setiap tetes air mata adalah sebuah penyembuhan. setiap tetesnya melepaskan monster-monster yang menggerogoti jiwa kita. menangis bahkan lebih berguna dari pada pergi ke psikiater. Hanya saja aku tak menangisi hal-hal yang bahkan bukan kesalahanku karena aku yakin jika seseorang memang tak ingin menulis cerita indah dalam satu buku yang di miliki bersama, maka ya sudahlah, Dari pada kami menulis sesuatu yang tidak indah dalam buku dengan kertas kosong yang sangat terbatas.
" Kehidupan adalah cerpen tanpa revisi. tinta yang tertulis di dalam setiap lembaran buku kehidupan tak kan bisa di perbaiki.
Terkadang apa yang tertulis tidak seindah yang kita harapkan, namun belajar dewasa dan belajar bagaimana menulis akir yang indah adalah sesuatu yang lebih penting dari pada kita berhenti menulis hanya karena satu dua kalimat yang baru saja kita tulis tidak memuaskan.
Tak perlu menunggu seseorang yang sempurna untuk mengisi lembaran kosong kita, tapi jaga lah ia yang mampu melengkapi kalimat-kalimat yang cacat dengan barisan kata yang indah
Apa yang dapat kita lakukan adalah jangan berhenti menulis, selama pena masih berisi tinta dan lembaran baru masih ada dan menunggu untuk di buka, kapanpun kita siap.
maka perbaiki dan buat cerita yang lebih indah dari pada sebelumnya, karena cerita terindah adalah bukan bagaimana awal cerita itu berjalan, namun bagaimana cerita itu berakhir."
NB: Bahkan mungkin aku menulis ini pun dalam keadaan Buta saat ini/(19/06/2013).
FOLLOW ME:



0 komentar:
Post a Comment
Be the first commentator for this page
klo anda suka topic di atas silahkan tinggalkan pesan, kritik, saran dan apa lah..(kotak facebook)
atau bagikan link anda di kotak komentar bloG. TQ